Berdamai
“You said, we need to talk, Bastian. Aku enggak suka buang waktu.”
Sumpah, Ruby ngomongnya biasa aja tapi jujur intimidating banget. Babas yang daritadi masang muka cool sampai bingung mau jawab apa.
“Bas,” panggil Ruby lagi.
Babas menghela napas, oke nih Babas enggak boleh jadi pengecut. “First, aku mau minta maaf kalau apa yang aku bilang di our last conversation terkesan enggak ngehargain pilihan kamu. Aku cuma kaget, Ruby. Kayak yang kamu tau, aku itu tipe yang segala sesuatunya enggak bisa kalau enggak dibikin rencana dulu. Dalam hal apa pun, termasuk hal terkecil. Itu tandanya, buat hal masa depan apalagi nikah, kamu tau kan, bakal sesensitif apa? Even tho bener, jalan kita buat kesana tuh masih jauh.”
Ruby masih diem nih, berusaha nyimak biar nanti enggak ada salah paham.
“Punya anak yang lahir dari rahim perempuan yang aku pilih, itu salah satu mimpi aku. How we can grow and live happily together, itu salah satu hal yang masuk di future list aku. Tapi terus aku nemuin fakta, kalau apa yang kamu mau itu berlawanan sama aku, itu tandanya disini aku cuma punya dua pilihan. Ngalah atau lepas kamu dari sekarang, trust me mikirinnya aja aku pusing,” kata Babas. “aku sama sekali enggak masalah sama rencana S2 kamu, karir dan semuanya enggak sama sekali. Aku seneng kamu punya rencana masa depan, kamu punya mimpi dan ambisi buat wujudin itu By, I'm so proud of you. Tapi anak tuh gimana, ya?”
Oke, Ruby ngerti.
“Oke, makasih karena kamu mau jelasin apa yang ada di kepala kamu. Aku bener-bener hargai itu,” ucap Ruby. “kamu sendiri tau, latar belakang keluargaku gimana Bas. Tapi itu bukan hal yang mendasari aku enggak mau punya anak, aku cuma berpikir kalau membesarkan dan mendidik anak itu adalah hal yang sama sekali enggak pernah aku mimpiin. Aku enggak akan pernah lakuin itu, I can't, Bastian. Dan kamu salah kalau kamu bilang cuma kamu yang harus ngalah, karena aku juga punya peran buat ngalah kalau emang kita mau lanjut. Tapi siapa pun yang ngalah itu bakal berat buat kita. Ini tuh hal yang enggak bisa kamu paksain sekalipun buat orang yang kamu sayang.”
Setelahnya Ruby diem, Babas juga diem.
Ruby ini masih abu-abu sedangkan Babas mau yang jelas biar enggak buang waktu. Tapi di sisi lain Babas udah cocok banget sama Ruby.
“But I think I like her,” kata Ruby. “Lucy.”
Babas senyum tuh.
“Aku bukannya enggak suka anak-anak Bas, tapi suka anak-anak dan mau punya anak itu hal yang beda.”
Oke, sekarang Babas paham harus apa.
“Ayo fokus di sama apa yang kita punya sekarang dulu, enjoy prosesnya bareng-bareng. Kita usahain sampai nanti kita ketemu di ujung, kita liat mana yang paling baik. Deal, enggak?”
Ruby senyum tuh. “Thank you, Bas.”