Friendshit

Don't trust anyone


Aku dan Dasha, memang tidak bisa dibilang dekat. Namun, ada beberapa saat dimana kami menghabiskan waktu bersama, atau sekedar berdiskusi tentang perilaku manusia di bumi.

Menjalin hubungan dengan seseorang yang mereka sebut lelaki, juga sebetulnya bukan hal baru bagiku. Namun, sudah lama saja, sejak terakhir kali aku menjalaninya. Untuk itu, karena ini yang pertama setelah sekian lama, aku langsung menceritakannya pada sahabatku. Iya, dia sahabatku, dulu. Namanya Clarissa.

Pertama kali ku bercerita, tentang bagaimana lelaki bernama Jupiter itu meminta hadir untuk masuk, ke dalam hidupku, Clarissa menanggapinya dengan semangat. Aku selalu menanyakan padanya, tentang apa saja yang boleh, dan tidak boleh ku lakukan, demi kelancaran hubunganku dengan Jupiter.

Karena jujur saja, setelah beberapa hari ku lewati dengan pesan-pesan singkat darinya, tembok tinggi yang semula ku bangun dengan kokoh, perlahan hancur. Pintu yang mulanya terkunci rapat, seolah memberi izin, pada si pembawa bahagia, untuk menorehkan warna, dan kata-kata yang terangkai menjadi cerita.

Namun, dasarnya aku ini memang payah, waktu dimana Jupiter mengajakku untuk pergi bersama, aku juga mengajak Clarissa untuk ikut. Meskipun, awalnya Jupiter tak setuju. Ayo lah, orang gila mana yang ingin acara kencannya diganggu?

Yah, nyatanya orang seperti itu ada. Aku, orangnya. Seiring berjalannya waktu, hubunganku dan Jupiter semakin dekat. Dan, segala sesuatu yang ku lalui dengannya, tak hanya tentang kami berdua. Tapi, juga Clarissa. Karena dia, selalu ada disana.

Ribuan kata dan perlakuan manis, Jupiter berikan padaku. Membuatku mengira, bahwa aku memang satu-satunya. Aku, berharga. Aku, sangat beruntung, karena memiliki calon pengunci hati sepertinya, dan sahabat yang selalu mendukungku seperti Clarissa.

Iya, aku hanya mengira bahwa hal itu benar adanya. Karena nyatanya, sebelum pernyataan cinta itu terucap, dan pengukuhan janji atas hari-hari indah yang telah terjadi, hanya sebatas angan-angan.

Ku kira, pengkhianatan seperti ini, hanya terjadi dalam film, yang suka ku tonton. Namun, dunia memang sangat lucu, karena sekarang, hal itu menimpaku sendiri.

Berhari-hari ku lalui dengan gelisah tatkala sang surya bersembunyi, dan digantikan rembulan. Waktu demi waktu, yang ku habiskan hanya untuk mencari tahu, apa yang salah denganku, nyatanya sia-sia.

Jupiter, lelaki itu tanpa alasan yang jelas, merubah sikapnya padaku. Tak ada lagi sapaan selamat pagi, tak ada lagi telinga yang setia mendengar keluh kesahku menjelang tidur, dan tak ada lagi, waktu yang ku habiskan bersamanya dengan buncahan bahagia yang memenuhi rongga dada.

Rasanya seperti dijatuhkan ke dalam lubang dalam, saat apa yang sudah ku bangun sempurna untuknya, tiba-tiba dihempaskan seolah apa yang aku dan dia punya, tak pernah terjadi. Kami bahkan belum mengukuhkan janji, atas apa yang kami rasakan terhadap satu sama lain. Namun, semuanya musnah begitu saja.

Pencarianku untuk mencari tahu apa yang salah, kini sudah berakhir, tatkala, ku lihat dia bersama orang lain, yang dulu, ku sebut sebagai sahabat.

Rasanya bodoh sekali, jika mengingat air mata yang ku keluarkan selama beberapa minggu ini. Rasanya, seperti tidak berharga. Rasa percaya diri yang ku bangun, gembira yang Ia beri bagai secercah cahaya di tengah gelapnya dunia, kini seolah tak berarti.

Semenjak hari itu, tak ada lagi pesan yang ku kirimkan untuk Jupiter, ataupun Clarissa. Sebaliknya, mereka seolah menghapus eksistensiku di dunia. Menganggapku seperti sosok yang terlihat, padahal sosok inilah, yang jiwanya mereka tusuk dan hancurkan tak bersisa. Hingga akhirnya, raga ini berjalan namun tak berjiwa.

Kalian, jahat. Apa yang kalian lakukan, sungguh jahat.

Berhari-hari ku habiskan dengan air mata. Meratapi nasib, yang bergelimang duka, membenci diri ini, karena merasa tak berharga. Namun pada akhirnya, Tuhan menunjukkan kuasanya.

Setelah sekian lama menyendiri, hari itu akhirnya ku putuskan untuk keluar rumah, hanya untuk mencari suasana baru. Saat itu, aku bertemu Dasha, teman yang mengenalkanku pada Ia yang tak ingin lagi ku sebut namanya.

Gadis itu bercerita, bahwa selama ini, mantan sahabatku, kerap kali mencoba mendekati lelaki itu. Terbukti dari beberapa unggahan, yang Ia unggah di akun close friends. Mengetahui hal itu, aku rasanya ingin tertawa, ternyata yang selama ini, hanya aku yang menganggapnya sahabat. Dasha bercerita, bahwa mantan sahabatku, kerap kali menjelekkanku di hadapan lelaki itu. Dan yang aku tak habis pikir, kenapa dia percaya?

Jika memang dia ingin singgah dengan penuh kesungguhan, harusnya Ia memastikan dulu padaku, bukan?