Nevertheless
Tak peduli sejauh apapun aku berlari, jalan yang kulalui, selalu mengarah padamu
Hiruk pikuk gedung perkantoran dimana aku berada saat ini, menyadarkanku, sudah sejauh mana raga ini melangkah. 2 tahun lalu, apa yang ku lakukan di jam seperti ini, hanya sebatas menggerutu tentang tugas yang menumpuk, atau bercengkrama dengan teman-temanku. Namun kini, aku sedang duduk menunggu rekan kerjaku, untuk menghadiri sebuah rapat.
Cukup lama aku menunggu, hingga sosok yang rupanya sudah lama tak ku lihat itu, kini nampak tepat di hadapanku. Membawa kembali sejuta kenangan, yang hingga saat ini tak pernah bisa ku lupakan, tak peduli sejauh apapun aku ingin menghapusnya.
Namanya Rafael. Si pencuri hati, yang enggan memberikan hatinya padaku. Namun, setelah apa yang terjadi pun, tak ada sedikit saja niatnya untuk pergi dari hatiku. Oh, atau bukan dia yang enggan pergi dari hatiku, tapi aku, yang hingga detik ini enggan memberinya celah untuk pergi.
Hanya sebatas untaian kata yang berucap, janji lisan yang bersikeras untuk menghapusnya, namun semua hanya sebatas omong kosong belaka.
Karena kamu indah, Raf. Semua yang kamu buat, terlalu indah, sehingga aku susah lupa. Tepatnya, tidak ingin lupa.
Mau dikatakan apa lagi, kita tak akan pernah satu Engkau disana, aku disini, Meski hatiku memilihmu