Mengobrol
“Papa kuliah di ITB?” tanya Lucy. Ini tuh Kala abis survey tempat buat pameran deket sini, jadi yaudah sekalian mampir. Kangen juga udah dua minggu enggak ketemu Lucy.
Kala ngangguk sambil senyum, meskipun Kala tau Lucy enggak liat, soalnya ini Kala duduk di belakang Lucy buat nguncirin rambutnya.
Tadi cerita soal ini itu ke Lucy ya walaupun anaknya enggak gitu ngerti, tapi enggak apa-apa, Kala mau bangun bounding sama ini anak.
“Cuma orang-orang pintar yang bisa belajar disana. Jadi, Lucy harus bangga sama Papa dan Mama.” Hilih, Papa dan Mama katanya.
Lucy anak umur tiga tahun ya ngangguk ngangguk aja, jujur tidak mengerti apa itu kuliah tapi tetap semangat.
“Nanti, Lucy juga belajar disana?”
Cengir lagi nih si Gundul, merasa udah berhasil nguncirin rambut anaknya. “Kalau Lucy mau, Lucy bisa belajar yang rajin buat masuk kesana.”
“Kalau Lucy enggak mau, Papa marah?”
“Enggak dong, apa aja yang bikin Lucy seneng asal itu baik, Papa dukung.”
Lucy senyum, tangan kecilnya dipakai buat peluk Kala. Terus Kala tuh kayak, ih gue punya anak. Meskipun anak adopsi dan itu juga belum resmi, tapi ya seneng aja gitu.
“Kapan paman Oliver sama Bibi Olivia main kesini lagi?”
“Nanti Papa tanya dulu ya,” jawab Kala. “Lucy seneng, ketemu mereka?”
Lucy cengir. “Keluarga?”
Kala enggak jawab, tapi peluk Lucy lagi. Pokoknya Kala janji sama diri sendiri buat selalu kasih yang terbaik ke anak ini. Karena Lucy itu ibarat alat bantu Kala buat bisa terus jalan.
I've been in the shadows The waters deep yet shallow But you were there And everything was beautiful So precious as can be Like everybody else Then I felt you closer Then it all got better You took me there Everything is lovely here And just maybe I'm in love
Niat Juno tuh mau nugas sambil denger radio, soalnya kalau hari Kamis kayak gini, lagu-lagu di radio tuh suka ajojing gitu. Tapi eh tapi, yang keluar malah lagu galau.
Juno nugas di mana sih emangnya? Ya di kosan, mau di Eduplex tapi enggak ah diluar dingin, jadi kosan aja.
Can I fall in love again? Maybe you're the one I needed To take it all away, this pain Can you fall in love with me? And tell me that you'll care for me So when I close my eyes, will you be there? To let me know that all will be okay Can I fall in love again this way? With you
Juno menghela napas panjang, nengok ke ponsel kirain Tala bales, taunya enggak. Kalau mau tau mah ya, Juno masih kirim chat buat Tala setiap hari, enggak dibales sih tapi yaudah.
“KEONG RACUN DASAR KAU WANITA BAJINGAN UH UH UH!”
Kenzo baru dateng kan ya, abis darimananya mah enggak tau. Tapi kalau dilihat dari muka lelahnya sih kayaknya abis study group. “Si Darwin tuh putus sama Jasmine apa gimana? Wanita bajingan wanita bajingan terus nyanyinya.”
“Jadian juga kaga, tapi fine aja sih dia sama Jasmine enggak ada apa-apa,” jawab Juno. “anak FSRD emang pada sinting enggak sih, rata-rata?”
Ketawa tuh Kenzo, abis itu selonjoran sambil ngubek tas buat ngeluarin modul dan laporan yang seabrek. Diem sebentar terus menghela napas. “Jun, capek banget aku.”
Juno noleh tuh, ngenes bener muka Kenzo Rezzasa Mahaprana ini. “Yaude tidur sana, mata lu kek mau copot tuh begadang mulu.”
“Aku tuh suka pengen, sebulan aja diem di tempat yang jauh enggak ketemu orang-orang yang aku kenal. Nanti disana aku bisa bener-bener istirahat, enggak ada yang ganggu, enggak ada yang minta ini itu, enggak ada yang marahin aku karena enggak bisa menuhin ekspektasi mereka,” kata Kenzo. “tapi sayangnya enggak bisa. Semua yang lagi aku jalanin enggak bisa di-pause dulu sementara. Kan katanya kalau capek istirahat, tapi aku enggak bisa, Jun. Jadi meskipun udah burn out, aku harus tetep jalan.”
Juno kan lagi nugas ya, denger itu langsung diem. Dalam hati sedikit merasa iri, kenapa kok orang-orang bisa dengan bebas menyuarakan apa yang ada di dalem hatinya sedangkan Juno enggak.
“Semua quotes yang bilang jalannya pelan-pelan, kalau capek bukan berhenti tapi istirahat, semua bakal baik-baik aja, itu semua bullshit enggak, sih? Karena nyatanya aku engga boleh pelan-pelan, aku enggak boleh istirahat makanya aku mau berhenti dan enggak peduli seberapa lama aku sabar nunggu, hari di mana aku baik-baik aja tuh enggak pernah dateng. Wah gila Jun capek banget.” Kenzo menutup curhatannya dengan ketawa keras. Selain Juno, enggak ada yang tau kalau tawa itu mengandung luka yang enggak main-main.
Juno sendiri memilih buat diam sambil meremat kertas yang dia pegang, mau teriak rasanya enggak bisa. Juno enggak bisa ngapa-ngapain kecuali pakai topeng setiap hari biar enggak ada yang sadar Juno kenapa, biar enggak ada yang tanya kenapa, karena jujur Juno sendiri enggak tau harus jelasinnya gimana. Lagian, kalau udah jelasin pun, enggak menyelesaikan riuh di kepala Juno, kan?