Nevertheless

Tak peduli sejauh apapun aku melangkah, jalan yang ku tuju, selalu mengarah padamu


Ribuan malam yang ku habiskan dengan membaca pesan singkat darinya, tak pernah tak menyenangkan. Si pecinta Mie Sedap itu, selalu memiliki banyak cara, untuk membuat detak jantung ini, berpacu lebih cepat dari yang seharusnya.

Dari sekian banyaknya film yang kami saksikan bersama, dari banyaknya lagu yang selalu mengingatkanku tentangnya, semua menyenangkan. Setelah semua hal yang kami lalui bersama, aku selalu mengira, bahwa apa yang kami punya adalah nyata.

Senyumnya, tatapan hangatnya, perlakuan manisnya, ku kira, dia melakukannya padaku, karena itu memang aku. Aku yang mencuri hatinya, aku yang menjadi pemegang tahta tertinggi dalam relung jiwanya. Namun nyatanya, tidak begitu.

Jauh di dalam lubuk hatinya, terdapat paras yang setia mewarnai isi kepala. Ada kenangan-kenangan indah, yang hingga saat ini masih menempati tahta tertinggi relung jiwa. Ada nama, yang hingga saat ini, masih terukir indah meskipun eksistensinya tak lagi senyata dahulu.

Namun dia, bukan aku. Dia adalah jiwa yang lebih dulu singgah di hatinya, terpisah karena hal yang aku sendiripun tak tahu apa. Tapi hal itu, tak menjadi penghancur kokohnya dinding rasa yang setia berdiri untuknya.

Selama ini, aku hanya sebatas tokoh yang ikut meramaikan cerita hidupnya. Hanya tokoh biasa, yang tak memiliki tempat khusus dalam cerita.

Jika kalian tanya bagaimana perasaanku, tentu saja aku tidak baik-baik saja. Rasanya seperti orang bodoh, terlalu percaya diri, padahal nyatanya semua hanya angan belaka.

Rafael, tapi jika aku boleh bertanya, setelah realita yang menghantam dunia anganku, mengapa aku masih tak bisa menghapusmu? Mengapa, setelah apa yang terjadi, masih kamu, yang namanya ku tunggu untuk mengisi ruang obrolan di aplikasi pesan singkatku? Mengapa hanya kamu, yang mampu membuka kunci dari pertahanan jiwa, yang ku kunci rapat?

Kamu jahat, Rafael. Kamu membuatku memberikan hatiku, tapi kamu, bahkan meminjamkannya sebentar pun enggan. Kamu, orang jahat.


Setiap malam, aku mencoba untuk mencari cara agar bisa membencimu. Namun, bahkan saat aku tertidur dan bermimpi, kamu ada disana. Kamu tersenyum padaku. Dan itu, membuatku terjerat dalam lingkaran siksaan terus menerus. Kamu, orang jahat. Jika kamu mau mengambil hatiku, setidaknya, berikan juga hatimu padaku.