Nevertheless
Tak peduli sejauh apapun aku melangkah, jalan yang ku tuju, selalu mengarah padamu
Malam-malam yang ku penuhi dengan isak tangis, kini sudah menemukan titik terangnya. Meskipun aku yakin, Ia sepenuhnya sadar akan apa yang ku punya untuknya, namun keinginan hati untuk mengungkapkan dalam untaian kata, tetap akan ku lakukan.
Bohong, jika saat itu aku tak mengharapkan timbal balik atas apa yang ku lakukan. Meskipun saat itu juga aku tahu, bahwa sosok yang lebih dulu mengisi hatinya, masih berdiri tegak disana.
Ku kumpulkan keberanian dalam diri, mencoba berdiri tegak di atas puing pecahan hati yang rapuh, hanya untuk menyampaikan maksud hati pada si pemberi bahagia. Aku berjanji, jikalau benar sang pencuri hati masih enggan memberikan hatinya, aku akan pergi.
Tak akan lagi ku buka buku kenanganku dengannya, dan aku akan melangkah seraya membangun kembali dinding pertahanan jiwa yang sudah hancur tak bersisa. Hingga nantinya, tak ada lagi yang memberi luka.
“Raf,” panggilku. “*Aku engga akan basa basi, karena semakin lama aku ngomong, rasanya semakin sesak. Aku suka kamu, Rafa. Semua hal yang kita lakuin bareng, semua chat yang aku kirim buat aku, bikin aku engga bisa berhenti mikirin kamu, dan nganggap, kalau kamu juga punya hal yang sama buat aku. Meskipun nyatanya, masih ada Kaluna yang jadi segalanya kamu. Bohong kalau aku engga berharap apa-apa setelah bilang ini ke kamu, Raf. Meskipun di sisi lain aku juga tau, apa yang aku harap, engga akan bisa kamu kasih. Abis ini, aku engga akan ganggu kamu lagi, tapi sebelum aku pergi, meskipun sampe detik ini semua masih tentang kamu, tapi kamu jahat Raf. Selamat ya, karena kamu berhasil bawa aku terbang tinggi, padahal aku takut ketinggian. Setelah aku percaya kalau terbang tinggi engga seburuk itu, kamu bikin aku jatuh ke dasar tanah. Bener-bener dibuat jatuh sampe rasanya, natap langit lagi pun aku engga sanggup.*”
Ku ingat jelas, saat itu, setelah semuanya ku katakan, ada sesak yang memenuhi rongga dada. Namun, terselip rasa lega, karena akhirnya Ia tahu apa yang menjadi pengganggu tidurku.
Tak ada hal indah yang terjadi setelah itu, bahkan sekedar pelukan terakhir, sebagai penyambut hari-hari penuh rindu pun, tak pernah ku dapat.
Setelahnya, Ia mengirim pesan padaku. Pesan yang berisi ucapan terima kasih atas pernyataan cintaku untuknya, namun tak ada kata maaf yang tertera. Ia bilang, meskipun aku menganggapnya tokoh jahat dalam ceritaku, namun Ia dengan sungguh, akan selalu mendoakan yang terbaik untukku.
Terakhir, ada ucapan selamat tinggal, yang menandakan bahwa aku dan dia resmi berakhir. Meskipun, sebelumnya cerita ini belum dimulai.
Ku kira, itu memang berakhir, namun nyatanya, disinilah aku sekarang. Termenung menatapnya yang berdiri di hadapanku, menahan buncahan rindu yang begitu keras ingin mendekap sang pelukis cerita. Berusaha tegar, menerima kenyataan, bahwa hingga detik ini, hanya aku yang masih menjaga ruang kenangan itu agar tetap tersimpan rapi di tempatnya.
PT. Mediatech Indonesia, Junior Back End Developper Setidaknya, itu yang bisa ku lihat di lanyard yang menggantung di bajunya. Tak ada yang kami ucap, entah itu sapaan, atau sekedar basa basi.
Aku menatapnya penuh rindu, dan dia menatapku kosong, seakan eksistensiku memang tak seberharga itu. Hingga akhirnya, Ia berbalik dan menjauh, meninggalkan ragaku yang masih membeku, dan air mata yang mengalir deras tanpa permisi.
Di tengah keramaian ini, aku sendiri. Menatap raga yang kucintai kian menjauh, menghempaskan kembali, jiwa yang sebelumnya sudah terjatuh.
Rafa, ini mungkin kali terakhirku berkata meskipun kamu tak bisa mendengarnya. Setelah semua yang kita lalui, rasaku masih untukmu. Meskipun aku tahu jiwa dan ragamu tak mungkin ku miliki, rasa ini akan terus untukmu, sampai akhirnya lelah menghampiri, dan ruang kenangan itu hancur dimakan waktu.
Tuhan, dulu, sosok itu pernah berjanji agar aku selalu bahagia, dan dapat menemukan penggantinya. Tolong kabulkan doanya, Tuhan. Karena raga yang berpura-pura kuat ini, rasanya sangat berat, menopang pedihnya kasih tak terbalas.
Meskipun tak mungkin lagi, 'Tuk menjadi pasanganku, Namun ku yakini cinta, kau kekasih hati